Halaman

Senin, 03 April 2023

bahaya latén gawé wong-cilik cilik atén

bahaya latén gawé wong-cilik cilik atén 

Kosokbalèn. Rakyat tapak tanah ramah lingkungan dimanapun tanah dipijak. Lokasi mangkal, dasaran, gelar lapak. Modal model kulakan. Kredo esok hari masih ada harapan. Apakah esok masih bisa  sarapan. Beda pasal.

Diliciki hidup-hidup oleh parpol penguasa secara menerus antar periode. Malah kian tahan banting. Catatan ringan sejarah. Karakteristik kendaraan politik antar pesaing, cuma beda nasib. Siapa di balik kemudilah yang akan menentukan. Sopir konvensional, SIM Umum, penguasaan teritorial minim. Mengandalkan jam terbang ahli, rekam jejak “duduk manis di belakang meja”. Gagah saat start. Di antar penggemar, loyalis satu kampung.

NKRI terjebak pada tradisi politik, basa-basi politik. dengan lebih mengutamakan sukses pemilu. Entah sesuai dengan asas “luber” alias langsung, umum, bebas dan rahasia. Diimbangi dengan pola NPWP (nomer piro wani piro). Soal bagaimana pasca janji dan sumpah jabatan, itu urusan nanti. Hanya soal waktu.

Politik digital tidak pandang korban. Perang udara bisa dilakukan siapa saja. Tidak pakai syarat edukasi. Anak kemarin sore, bermanfaat selaku penyalur dagang politik. Kian cerdas pelaku utama, kian tampak buta politik. Survei bergerak bebas di antara pasal hujat dengan pasal jilat.

parpol bintang lima vs ideologi kaki lima. 3/25/201.12:49 PM. Watak dan sifat ramah penduduk Indonesia sedemikian dimanfaatkan oleh pihak asing. Di dalam negeri, lain pasal. Anak bangsa pribumi dikenal pemaklum. Lebih dari sekedar pemaaf. Aneka modus penguasa, dianggap hal yang wajar. Menu ujaran kebencian sejalan dengan ujaran kebohongan, dianggap angin lalu. Karena panggilan tugas. Apalagi penguasa yang dipilih langsung oleh rakyat. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar