Halaman

Jumat, 04 November 2022

wolak-waliking zaman anéh, pawang kursi vs dukun politik

wolak-waliking zaman anéh, pawang kursi vs dukun politik 

Tidak ada hal yang anéh terlebih nganèh-anèhi. Karakter demokrasi multipartai mensyaratkan bebas kuota orang anéh selaku pengurus, kader parpol.

Pihak penyandang sertifikat ‘orang anéh’ diharapkan kontribusi nyatanya. Bukan saling adu ilmu. Pawang politik yang tetap setia pada pihak tertentu atau tergantung bayaran, tertantang. Merasa dapat angin surga untuk pamer ilmu dan unjuk gigi. Menaikkan peringkat.

Ritual tolak bala lebih berbasis adat animisme dan dinamisme. Jangan ulangi kesalahan dan dosa politik yang sama. Kadang kala, kalabendu (jaman yang buruk) kebaca sebelum waktunya. Paling tidak tingkah laku  manusia tanpa tetenger (cirénan) generasi nanging wis ketenger (keciri; ditengarai), bak kaladuta (alamat buruk). [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar