takabur mata kabur, laga 2024 kian buram-muram-suram
Berlaku umum, untuk semua kelompok umur. Bebas batas
usia. Tidak pandang konfigurasi fisik, anatomi
tubuh, profil raga. Mau sematkan pagelaran akademis, titulér plus émbél-émbél
manusia dan atau orang komplit seutuhnya.
Merasa bahwa kursi akan datang sendiri. Merasa punya hak
untuk mendapat warisan, arisan kursi konstitusi. Analog dengan gelar gelaran
tempelan, polesan agar tampak kemilau, bernas. Tidak ada kaitan dengan ilmu
padi vs filosofi kondom. Efek paham dasar negara yang tidak wajib disandang
oleh kawanan penyelenggara negara.
Secara tradisional kartel politik
nusantara ditandai melalui tiga hal: harga jual kursi, nilai jual anggota, dan teritorial
pengaruh biaya politik. Efek domino terciptanya otokrasi oleh juara umum pesta
demokrasi. Secara perpolitikkan makro mengakibatkan inefisiensi alokasi sumber
daya politik. Rakyat pengguna hak politik dirugikan secara berkelanjutan selama
satu periode. Terjadi kehilangan alternatif pilihan, kualitas kandidat yang
bersaing terfokus, dan layanan purna coblosan yang baik.
Memori bangsa atas kejadian yang telah terjadi.
Pendekatan bahasa diperlukan untuk memahami lema, kata ‘kabur’. Terapkan kaidah
bahasa persatuan maupun bahasa lokal. Makna pertama kali melintas di pikiran,
renungkan secara mendalam. Tak sengaja malah memantapkan pemanfaatan cikal
bakal pasal mengambang.
Komponen pembentuk kehidupan bermasyarakat terus bergerak
dinamis, 7 turunan tanjakan tikungan
membentuk pusaran spiralistik, non-viral berkelanjutan. Pergantian kepemimpinan
nasional atau tiap periode terjadi
pembentukan budaya berdaya dan bergaya kontekstual selaju dinamika zaman. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar