goyang-gayeng gayung tak bersambut
Wajar bin nalar, jika
manusia lebih paham menganalisa kehidupan di depan mata yang kasat mata. Tetapi sejatinya
sedang tipu diri sepanjang waktu, sampai kehabisan waktu. Menembus batas dimensi
akal sehat manusia, masuk ranah illahiah.
Kesulitan berkehidupan sesuai
skenario optimis, dianggap ada pihak menyaingi bara dendam diri. menanggap diri ini sudah berbaik budi kepada
wong-cilik yang bukan kewajiban konstitusionalnya. Sekedar batu loncatan.
Sibuk memikirkan langkah
taktisnya. Tanpa mendekatkan diri ke pihak yang menetapkan mau jadi apa diri ini. Saking optimisnya, sampai lupa
kaki berdiri dimana. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar