krosaké ing kéné, gedebugé ing kana
Terserah pemirsa
di negaranya. Mau dikaitkan, diikatkan, dikiatkan dengan kategori gempa
bumi atau tamsil kehidupan. Adat lokal punya rumusan yang lebih canggih.
Nusantara kendati berlaku otonomi daerah,
pendekatan dari atas tetap dlperlukan.
Skala nasional tidak didelegasikan. Gubernur perpanjangan tangan
pemernitah pusat.
Partai politik mampu mencetak siapa
saja menjadi apa saja. Melebihi dedikasi penjara atau sebutan semaksud. Pelaku kriminal kelas teri, usai lulus langsung naik kelas.
Ilmu tanggung, lulus pas-pasan, menjadi penjahat kambuhan.
Efektivitas sistem multipartai sederhana beirisan dengan
menyederhanakan politik kriminal. Aksi wawasan penyakit politik tidak hanya kriminalisasi vs
radikalisasi.
Nusantara menjadi tempat berguru, menuntut ilmu, menguras
ilmu, sumber pengetahuan ‘ilmu politik’, pustaka hidup. Hebatnya lagi, tiap
lima tahun sekali atau jelang pemilu, spesialis ilmu, bobot ilmu bertambah.
Bahkan bisa langsung serap ilmu ke pelaku utama yang masih hidup. Atau kepada
anak cucu ideologis. Tersedia paker komplit, lengkap dengan instrukturnya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar