wis malih, nanging tetep ora milih-milih
Namanya orang nusantara. Banyak maunya. Maunya
diutamakan, maunya didahulukan (bukan disekarangkan). Maka terjadilah. Édan pitung keturunan tetep
durung keturutan beririsan dengan wis édan tenan tetep ora keduman.
Lagu anak-anak atau lagu
zaman kita masih anak-anak. Sekarang, dominasi anak bangsa yang berlagu
menghias media pengkabaran. Yang seharusnya karena usia sudah bau tanah, malah
aktif pasang gaya belingsatan bak cacing kepanasan.
Siapa
yang merasa takut kehilangan taring, akan bersuara nyaring. Siapa yang pagi
buta, terang tanah gemetar, gentar
kekurangan pengaruh, akan ikut pasar taruhan politik. Idealisme politik tanpa
haluan semakin ditinggalkan dan ditanggalkan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar