tikus paling serakah pun tak akan berdaster
Komplain imajiner pemirsa negara yang menokohkan tikus.
Industri film kartun, animasi; komik, karikatur, dsb. Tiap negara punya fabel.
Negara lain nyaris mitos tapi melegenda. 4 musim menentukan karakter tikus.
Busana plus atribut kebangsaan tampak nyata.
Penokohan sang tikus bermaksud merubah citra bangsa atau
memberi kesan, pesan bak watak sang idola. Wujud lain jati diri bangsa, rasa keakuan
maupun bukti-bukti diri. Protokol olahraga dan jiwa sehat mengutamakan semboyan “ini dadaku mana
dadamu”.
Olok-olok politik berbasis literasi anarkis, mengatasanamakan
fauna, marga satwa menjadi fokus,
barometer media massa manca negara. Episode berlapis “buaya vs buaya” bergulir sesuai
pasal anyar periode kaping wolu. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar