langkah adab berkemajuan, skala pesimis vs skala optimis
Manusia selaku makhluk sosial, sibuk othak-athik,
kalkulasi untung-rugi urusan dunia. Spekulasi matematis semakin njelimet
sarat akal-akalan berbanding lurus dengan antisipasi pertanggungjawaban. Skenario
berbasis dalil kebangsaan “selamatkan diri masing-masing”, dirumuskan secara polarisasi,
gaya maling vs adat kyai.
Begitu manusia bangun pagi, bangkit
dari peraduan, mati sementara jelang terang tanah. Sebagian lagi sudah sigap, siaga,
siap di sepertiga akhir malam. Menghadapi mengisi kehidupan hari ini, 24 jam ke depan. Sesama anak bangsa pribumi tadi,
sama-sama berkedendaman.
Merasa raihan, rayahan, bancakan, target hari
kemarin masih di bawah standar minimal. Konsentrasi penuh ambisi. Berikutnya, pihakan yang merasa rekan jejak dan status dinamis masuk kategori ”layak laga”.
Langsung pasang aksi lagak dan berlagu. Tinggal menghitung hari.
Manusia pilihan, berikhtiar hari ini lebih baik ketimbang
hari kemarin. Rangkaian menjadikan diri bermanfaat
bagi sesama,untuk semua. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar