Halaman

Minggu, 27 November 2022

thukmis (manthuk-manthuk lamis), capres alternatif

thukmis (manthuk-manthuk lamis), capres alternatif 

Getaran nuansa alami yang dicerna kasat mata. Sistem sirkulasi dan siklus waktu, padahal aksi pergantian perjalanan waktu bersifat linier, menerus, tidak berulang, berlipat. Kekurangan waktu maupun kehilangan waktu berharga, menjadikan umat manusia merapat ke bumi. Saat jidat rata bumi dan merapat ke bumi. Mendekat ke bayangan diri.

Padahal filosofi njawani bagi kaum hawa, adalah jangan sekedar 3M (macak, manak, masak). Tetap jadi syarat sebagai wanita karier, ibu rumah tangga. Sekedar dalil banding-sanding-tanding, simak “opor-opor bèbèk mentas awaké dhèwèk”. Maksudan peribahasa Jawa sebagai cermin Watak, Sifat, dan Perilaku manusia Jawa, adalah  wong yang sukses dari usahanya sendiri. Kinerja duduk manis tanpa keringat mandiri. Bukan sukses tiban.

Wajar jika mata indra manusia politik memahami bahwa kursi kuasa politik berwujud fisik, kasat mata, benda dapat dilihat, dapat diraba. Serta dapat dipanggil dengan umpan biaya politik. Perulangan sejarah paket “revolusi dan ideologi” tetap tak akan sepi peminat. Semakin diantipati, alergi secara moral kenusantaraan, mereka akan semakin “berani mati demi”.

Air mata buaya sudah menjadi trade mark penguasa dari kalangan kaum hawa. Bukan juga. Suara berhiba-hiba muncul dari wajah garang, merasa prihatin dengan nasib negara. Mendaur ulang ramuan mental. Merasa bisa mengatur negara jika diberi kuasa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar