Halaman

Senin, 05 September 2022

tumbal politik vs ekonomi tambal-sulam

tumbal politik vs ekonomi tambal-sulam 

Sudah kehendak sejarah, semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, menjadikan generasi bebas umur kehilangan lahan untuk berbuat banyak. Tapi maunya dapat banyak. Modal peras keringat leluhur masih mendingan. Modal abab, merasa beradab. Jurus komentar menjadi andalan mujarab dalam berbangsa, bernegara secara total. Sesuai sinyal peradaban, yang mana dimana punya mata tidak untuk memirsa. Punya kuping tidak untuk menyimak.

Semakin banyak ikatan, kaitan, kiatan malah berbanding terbalik dengan terjalinnya rasa sama-sama suka, solidaritas, tahu sama tahu, tepo sliro. Mereka sendiri tak tahu landasan hidupnya. Kian sarat ilmu malah kian menampakkan laku orang tak berilmu.

Skala negara, perputaran uang di dasar, di pasar rakyat tradisional, tak menambah gengsi. Oleh sebab itu perlu putaran uang arus atas, untuk mendongkrak wibawa negara. Yang mana, dimana akan mampu menenggelamkan nusantara dalam tumpukan ULN.

Semakin besar, banyak nilai kehidupan sebagai faktor pengaruh pembentukan watak anak, dimungkinkan gap antara nilai prediksi dan nilai aktual semakin pendek. Kemampuan pemulihan alamiah masyarakat terhadap konflik sosial, khususnya bencana politik, perlu periode satu generasi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar