ikuti perkembangan, tetapi tidak ikut berkembang
Nyatanya, pe-gadget utawa pe-gawai
nyata kinerja, konstribusi positif ke tanah-air. Mulai dari generasi bau kencur
hingga sampai pada generasi bau tanah. Adu
otak, pamer melek “teknologi tanpa jarak, tanpa batas waktu, tanpa
tatap muka”. Komposisi bebas paket sentimen kenusantaraan, komponen utama:
promosi, provoksi, propaganda.
Indonesia tak mau kalah pamor, beda
modus politik dengan negara adidaya AS maupun negara terbanyak populasi
penduduknya, RRC. Ditambah Nusantara adalah satu-satunya negara yang punya Pancasila.
Ramuan aiaib negara multipartai, apa pun yang tak mungkin atau tak terpikirkan
oleh adab berdunia. Sudah terlebih
dahulu ada dan dipraktekkan oleh manusia politik tanpa identitas.
Kembali alur cerita. Kejadiannya masih
sedang terjadi tiada henti. Enak disimak. Dua kakek saling unjuk bégo. Kontradiksi
dalam pasal pe-gadget utawa pe-gawai. Pihak pertama, kategori buta pe-gadget utawa pe-gawai. Namun dengan bangga bisa umbar ‘katanya’ tentang rivalitas
“buaya vs buaya”.
Pihak kedua, melek pe-gadget
utawa pe-gawai. Modal gadget utawa gawai, unjuk fakta di layar kaca datar. Status kasus
adu nyali “buaya vs buaya”. Buka mulut lupa tutup. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar