Halaman

Minggu, 04 September 2022

setiap orang bisa menjadi pemimpin, namun tidak setiap pemimpin bisa menjadi orang

setiap orang bisa menjadi pemimpin, namun tidak setiap pemimpin bisa menjadi orang 

Ketika kaum bangsa nusantara paham bahasa. Apa saja dibahasakan. Memang harus demikan serta berlanjut bersama adab bernusantara. Menjelasakan yang jelas-jelas, pasti-pasti, kasat mata, konkret, terukur. Nasib yang sama untuk ikhwal sebaliknya. Untuk mendapatkan batas beda. Bukan sekedar kanan-kiri, atas-bawah, dalam-luar, panas-dingin. Kesepakatan titik temu beda pemahaman, beda persepsi, beda pandangan.

Adalah olok-olok politik; pendengung, pendenging, pendengki; literasi anarkis; pengekor, pendèrèk, pengintil hingga sampai tes wawasan kebangsaan. Ironis binti miris, pihak yang mampu memproduk ujaran kebencian dan atau menggadakan ujaran kebohongan, merupakan ciri utama dan pertama sebagai pancasilais. Aneka ujaran bisa sampai ke tangan pengguna akhir, penerima manfaat berkat jasa TIK. Siapa yang menguasa media massa, siap mengelola ankea ujaran dengan berbagai versi.

Betul, kata ‘pèndèk’ juga merupakan khazanah bahasa Indonesia. Singkat kata, pèndèk kata, ringkas ujaran, ternyata menggunakan bahasa tulisan dan atau bahasa lisan, perlu ilmu. Didukung pengalaman dalam mengolah kata dan kalimat. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar