doa-doa berebut disebut di hatiku
Kendati aneka acara mencari keringat memanfaatkan terpaan
sinar sang surya. Jalan cepat jauh atau
waktu tempuh >45 menit, atur nafas hidung, suhu badan relatif tetap. Sampai tujuan atau tiba di rumah, tidak
berkeringat plus tidak haus. Faktor “U” (umur, usia, uzur, uban) menyebabkan
masih terjadi bésér usai lelap malam. Sengaja bakda azhar sudah tidak teguk air.
Baca doa jelang tidur. Jangan pelit irit
doa. Hari esok bukan hak milik kita. Perkaya dengan baca shalawat, dzikir, doa maupun permintaan permohonan ridho-Nya. Selang 1-2
jam lelap terbangun tanpa gangguan ingin ke belakang. Aman-aman saja hingga
sampai 1 jam jelang azan subuh.
Namun kiranya jika terjaga dengan posisi
badan tidak banyak berubah. Ditambah fakta
harus bersegera buang air kecil, buang air seni. Artinya, sigap
diri dengan kejadian berulang selang 1-2 jam atau
kurang. Saat balik ke peraduan bisa langsung lelap, bersyukur. Seperti mulai dari
nol lagi, manfaat untuk evaluasi diri.
Paling afdol jika balik ke kasur - bisa langsung lelap atau mulai dari nol - berdoalah. Minimal ucap basmalah.
Mencari posisi tidur lagi dari pasca
bolak-balik ke km/wc, sarat hikmah. Usai baca doa atau masih sedang
ucap doa, terasa doa yang lain antri. Sempat ulang-ulang doa, maka doa yang lain
iri. Tanpa sadar ubah posisi sambil hati menyebut doa
lainnya. Pemerataan. Juga tidak. Mana yang lintas menyangkut saja. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar