Halaman

Minggu, 25 September 2022

obral harga (diri) demi

obral harga (diri) demi 

Segitiga demit nusantara : harta, takhta, jelita. Mencetak anak bangsa, putera puteri asli daerah, pribumi, sanggup melakukan apa saja. Langsung praktek demi tujuan, segala modus, aneka cara halal, legal dan konstitusional. Bagi kaum hawa, maka tetap ada incaran obyek vital : harta, harta, harta ditambah mahkota, takhta.

Akhirnya daya juang yang tersisa adalah menunggu jatuh tempo. Sambil menghitung hari, ada yang menungu wangsit. Bagi yang berharap, beringin, bermau lanjut ke periode kedua atau terakhir, menunggu durian runtuh.

 Bahwa sumber daya politik yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, Namun kiranya, praktek tata kelola yang ada, sejak dieksploitasi plus diekploirasi sebenarnya sudah tidak sepenuhnya dikuasai negara. Sebaliknya, gugus kendali mutu ada di tangan operator, para politisi, pejabat birokrat. Perpanjangan tangan investor mutlipihak.

Degenerasi generasi tanpa bentuk, kontaminasi hutan belantara politik nasional, konflik sosial, ketidakadilan politik serta korupsi konstitusi menjadi agenda terselubung. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar