jiwa politik partai tergantung jumlah dan ukuran kursi
Padahal, secara kamus dan bahasa politik.
Tapi anggap saja wajar bin nalar. Pemilu 1955 diikuti sekian jumlah partai politik,
organisasi maupun perkumpulan kenusantaraan. Karakter
negara sedang, masih, selalu, senantiasa, akan gemar
berkembang. Multipartai bukti kasat mata, tolok ukur berkemajuan.
Ora perlu gumunan jika suara partai lebih
dominan ketimbang aspirasi masyarakat, suara rakyat. Jiwa patriotik politik
seluas dan setinggi bendera partai.
Hanya terjadi di negara
berpancasila. Peruntukkan khusus bagi kawanan partai politik yang lebih
tua ketimbang NKRI. Pengalaman hidup berbasis kemurahan hati, kebaikan hati,
keramahan alam plus kemakmuran tanah-air. Martabat kendaraan politik mampu
menjadikan siapa saja menjadi apa saja. Sistem karier di birokrasi tanpa
sentuhan politik, percuma bin sia-sia.
Perilaku manusia politik masih bisa
dinormalkan. Diperlukan niat, kemauan, kesadaran, kesabaran ekstra untuk mau normal. Khususnya sadar normal dalam pasal medis, psikologis,
sosial maupun spiritual. Pelakunya
harus dinormalkan, serta tindakannya layak dipidanakan. Tapi mana mungkin.
Melanggar HAM. Parpol-nya bisa cuci tangan. Kipas-kipas. Stok masih
berlimpah ruah. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar