Halaman

Rabu, 07 September 2022

efek pengganda ekonomi vs dampak politik ganda campuran

efek pengganda ekonomi vs dampak politik ganda campuran 

Kajian efek pengganda ekonomi bertujuan memberikan gambaran mengenai dampak pelaksanaan program dan atau kegiatan terhadap perputaran uang, pendapatan, dan pekerjaan di suatu wilayah.

Efek Pengganda APBN Rendah

 23 Dec 2010

http://lipi.go.id/berita/efek-pengganda-apbn-rendah-/4469

 JAKARTA(SINDO) Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI) menilai,efek pengganda dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) masih rendah. P2E LIPI juga menilai, tingginya pertumbuhan ekonomi belum nasional belum menjawab persoalan bangsa, terutama kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Padahal, ekonomi nasional diperkirakan masih akan terus tumbuh di masa-masa mendatang, didasari capaian selama tahun 2010 yang positif. Dari sisi makroekonomi, LIPI memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 mencapai 6,3 persen.

Peneliti LIPI lainnya, Latief Adam menyoroti lemahnya efek pengganda APBN terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data yang ada, setiap Rp1 yang dikeluarkan dari kas negara, hanya mampu menggeneralisasi efek pengganda sebesar 1,16 persen. Menurut dia, laju perekonomian yang tinggi idealnya juga diikuti efek pengganda yang tinggi dari APBN. Seharusnya, kata dia, jika menginginkan efek pengganda yang besar dari APBN, maka pemerintah harus jeli melihat penekanan alokasi anggaran negara.

 efek sosok kaping wolu

Pihak yang selama ini selalu berkepentingan dengan sosok “petugas partai”. Masalah di depan mata, beban ganda berlapis tembus periode sampai jelang nusantara emas 2045. Formulasi ikn nusantara menetukan geopolitik, daerah pilihan, otoritas politik lokal.

Politik balas jasa, balas budi vs politik balas dendam, walau sudah terkontrak dua periode. Belum atau kurang ngefek barblas. Strategi tirani minoritas bisa diredam dengan menempatkan lawan tanding yang sepandan. Merangkul pesaing menjadi mitra, tidak tabu di dunia politik. Ketimbang bagi-bagi kursi ke relawan digital. Makan hati. 

Asumsi historis, lebih pas menempatkan kaum hawa sebagai bakalan capres. Sehingga, tinggal giring pemiih ke calon lainnya. Skenario ini sudah teruji terbukti di negara-negara beradab. Jika yang dimaksud diposisikan selaku cawapres. Rakyat akan melihat sosok capres. Sentimen ke-aku-an yang  dominan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar