Halaman

Minggu, 26 Februari 2023

hampa diri jejali dengan citra sensasi

hampa diri jejali dengan citra sensasi 

Filosofi berkehidupan di pasar bebas persaingan hidup bebas. Kaki sudah terinjak, malah dijadikan tersangka. Lebih beruntung  orang yang pajang tampang garang, muka berminyak, mulut berlumut tanpa  jahitan pemangsa sesama, wajah anti debu. Waktu yang menentukan proses kehidupan.

Ketahanan perut rakyat yang terbiasa makan nasi. Soal gizi seimbang, bagaimana daya tampung  perut menyeimbangkannya. Masyarakat awam di pinggir kota, tak mau tahu modus izin impor. Tahu-tahu tahu dan tempe bahan bakunya dari hasil kerja keras petani negara lain. Kedelai impor diyakini menstimulus méntal bangsa témpé.

Hukum moral ketimuran mengatakan, sudah menjadi pakem. Kebaikan atau hal yang baik. Tak perlu diomomg-omongkan apalagi diobral kuras gudang. Nama baik berkat isi hati yang baik. Asupan gizi tidak sekedar sehat dan menyehatkan. Kelakuan anak manusia. Terbentuk secara biologis dan lingkungan hidup.

Hanya terjadi di negeri berkembang  di tempat. Geliat wong cilik bisa masuk pasal perbuatan tidak menyenangkan. Ujung-unjungnya layak diduga mengandung unsur cikal bakal makar. Duduk berlama-lama tanpa kata. Bisa-bisa dirazia pekat (penyakit masyarakat), diciduk, digelandang, gebuk di tempat.

Apa saja yang telah kau perbuat untuk Indonesia-mu. Terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang menjadi tanggung jawab bersama. Jangan sampai terjadi merasa telah berbuat banyak untuk bangsa dan negara. Merasa berhak mengambil lebih banyak. Sudah habis-habisan cuma dapat imbalan, imbangan, impasan ucapan terima kasih. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar