hampa diri jejali dengan citra sensasi
Filosofi berkehidupan di pasar bebas
persaingan hidup bebas. Kaki sudah terinjak, malah dijadikan tersangka. Lebih beruntung orang yang pajang tampang garang, muka
berminyak, mulut berlumut tanpa
jahitan pemangsa sesama, wajah anti debu. Waktu yang menentukan proses kehidupan.
Ketahanan perut rakyat yang terbiasa makan nasi. Soal gizi
seimbang, bagaimana daya tampung perut menyeimbangkannya. Masyarakat awam di
pinggir kota, tak mau tahu modus izin impor. Tahu-tahu tahu dan tempe bahan bakunya dari hasil kerja
keras petani negara lain. Kedelai impor diyakini menstimulus méntal
bangsa témpé.
Hukum moral ketimuran mengatakan, sudah menjadi pakem.
Kebaikan atau hal yang baik. Tak perlu diomomg-omongkan apalagi diobral kuras
gudang. Nama baik berkat isi hati yang baik. Asupan gizi tidak sekedar sehat dan menyehatkan. Kelakuan anak
manusia. Terbentuk secara biologis dan lingkungan hidup.
Hanya terjadi di negeri
berkembang di tempat. Geliat wong cilik
bisa masuk pasal perbuatan tidak menyenangkan.
Ujung-unjungnya layak diduga mengandung unsur cikal bakal makar. Duduk berlama-lama
tanpa kata. Bisa-bisa dirazia pekat (penyakit masyarakat), diciduk, digelandang,
gebuk di tempat.
Apa saja yang telah kau perbuat untuk Indonesia-mu. Terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang menjadi
tanggung jawab bersama. Jangan sampai terjadi merasa telah berbuat banyak untuk
bangsa dan negara. Merasa berhak
mengambil lebih banyak. Sudah habis-habisan cuma dapat imbalan, imbangan,
impasan ucapan terima kasih. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar