Halaman

Sabtu, 11 Februari 2023

nggih sing suwé . . .

nggih sing suwé . . . 

Tata guna politik nusantara, tidak bisa lepas dari geopolitik global. Bonus kawasan pasar politik bebas, sigap menjadi daerah tujuan aliran ideologi apa saja. Tempat pembuangan akhir politik apkiran. Kemasan asing menjadikan penerima manfaat lokal malah bangga. Merasa gengsi, berklas.

Sebutan, wajah hukum nusantara, ramah investor vs ramah koruptor. Padahal, adab bernusantara, ramah kebijakan dan kepentingan global. Daya pikat yang dikandung nusantara, diperhitungkan oleh dunia. Status kawasan perdagangan bebas dunia menjadi promosi gratis. Mendongkrak citra-pesona-wibawa penguasa. Kian moncèr, mentéréng sewaktu setahun menjadi tuan rumah G-20 2021/2022.

Industri politik nusantara tak sanggup memenuhi kebutuhan, konsumsi dalam negeri per kapita manusia politik. Perut manusia politik yang pelahap, penyantap, pemangsa, penyuka segala. Multipartai identik organisasi sayap partai politik. Imbangan multiormas, membengkakkan dalih impor. Dua arah saling menguntungkan. Mendatangkan guru lebih murah ketimbang berguru sampai negeri tirai bambu.

Kembali ke judul. Kaping pitu mengira. Kepriyé, kurang cetha. Ooo, dadi kudu linggih sing suwé. Karepé mbilung. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar