Halaman

Selasa, 14 Februari 2023

fanatisme parpol lebih fanatik ketimbang fanatisme kenusantaraan

fanatisme parpol lebih fanatik ketimbang fanatisme kenusantaraan 

Produk legislasi hasil kompromi multiphak, sudah mengakomodir modus ékstrémis, fanatisme, radikalisasi berbasis tripel: ekonomi-sosial-politik. Narasi yang sedang pemirsa simak, masih sama-sama tinggal di alam fana. Fokus pada fanatisme. Mirip dengan dimensi fanatisme adalah loyalis. Ini didapat karena efek politik balas jasa, politik balas budi.

Sejarah membuktikan, kawanan fanatik yang overdosis, salah obat tadi (loyalis buta) menjadi sigap pasang badan, foot soldier dan vote-getter partai politik berbasis massa jalanan. Histeria massa identik dengan cikal bakal fanatisme. Pembentukan daerah otonomi baru, otonomi  daerah semakin meneguhkan orang kuat lokal, pemegang otoritas politik lokal, pengusaha daerah.

Efektivitas pesta  demokrasi  berupa paket bagi-bagi kursi. Pola sama rasa, sama rata. Sama-sama diuntungkan. Pemegang otoritas politik lokal tetap eksis. Sikap fanatis pada umumnya terjadi pada masyarakat asas  ikat-kait-kiat dengan etnis, negara (nasionalisme), agama, ideologi dan lokalitas.

Beda pasal dengan masyarakat termarginalkan. Menjadi ladang garapan, obyek lumbung  suara elite partai memanfaatkan fanatisme buta. Fanatisme buta efek dari tidak ada pilihan yang diharapkan. Cilaka komplit sikap fanatik terhadap figur tertentu justru membabi buta. Serudak-seruduk. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar