fanatisme parpol lebih fanatik ketimbang fanatisme kenusantaraan
Produk
legislasi hasil kompromi multiphak, sudah mengakomodir modus ékstrémis,
fanatisme, radikalisasi berbasis tripel: ekonomi-sosial-politik.
Narasi yang sedang pemirsa simak, masih sama-sama
tinggal di alam fana. Fokus pada fanatisme. Mirip dengan dimensi fanatisme
adalah loyalis. Ini didapat karena efek politik balas jasa, politik
balas budi.
Sejarah
membuktikan, kawanan fanatik yang overdosis, salah obat tadi (loyalis buta)
menjadi sigap pasang badan, foot soldier dan vote-getter partai
politik berbasis massa jalanan. Histeria massa identik dengan cikal bakal fanatisme.
Pembentukan daerah otonomi baru, otonomi
daerah semakin meneguhkan orang kuat lokal, pemegang otoritas politik lokal,
pengusaha daerah.
Efektivitas pesta demokrasi berupa paket bagi-bagi kursi. Pola sama rasa,
sama rata. Sama-sama diuntungkan. Pemegang
otoritas politik lokal tetap eksis. Sikap fanatis pada umumnya terjadi pada
masyarakat asas ikat-kait-kiat dengan
etnis, negara (nasionalisme), agama, ideologi dan lokalitas.
Beda pasal
dengan masyarakat termarginalkan. Menjadi ladang garapan, obyek lumbung suara elite
partai memanfaatkan fanatisme buta. Fanatisme buta efek dari tidak ada pilihan yang
diharapkan. Cilaka komplit sikap
fanatik terhadap figur tertentu justru membabi buta. Serudak-seruduk. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar