Halaman

Senin, 13 Februari 2023

okol-okolan vs akal-akalan

okol-okolan vs akal-akalan

Karena bahasa bisa untuk membahasakan diri sendiri. Di tangan manusia politik, malah kian multimanfaat, multiguna, multièfèk. Untuk sarana penistaan agama, penodaan agama. Ajaran maupun  ujaran dan sejenisnya sudah sedemikian direkayasa secara konstitusional. Total jenderal masuk bursa pamér bégo.

Status wong-pintar, anak pandai atau sebutan semaksud. Masih sebatas syarat “hitam di atas putih”. Sekedar bisa setor wajah, ikut-ikutan mampir ngombé.

Masyarakat yang dinamis adalah yang siap, sigap, siaga serta proaktif, antisipatif terhadap perubahan peradaban di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Landasan keimanan individu masyarakat, berkeimanan sosial bangsa menjadi perkuatan pondasi religius.

Fanatisme manusia politik nusantara lebih fanatik ketimbang umat beragama. Disebabkan peran dan posisi sentral oknum ketua umum – terlebih dengan hak prerogatifnya – bisa melebihi nabi. Nasib mati hidupnya “sang penganut”, sudah dikontrak hidup-hidup. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar