okol-okolan vs akal-akalan
Karena bahasa bisa untuk membahasakan
diri sendiri. Di tangan manusia politik, malah kian multimanfaat, multiguna, multièfèk. Untuk sarana penistaan agama,
penodaan agama. Ajaran maupun ujaran dan sejenisnya sudah sedemikian direkayasa
secara konstitusional. Total jenderal masuk bursa pamér bégo.
Status wong-pintar, anak pandai atau
sebutan semaksud. Masih sebatas syarat “hitam di atas putih”. Sekedar bisa
setor wajah, ikut-ikutan mampir ngombé.
Masyarakat yang dinamis adalah yang siap, sigap, siaga serta
proaktif, antisipatif terhadap perubahan peradaban di semua aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara. Landasan keimanan individu masyarakat, berkeimanan
sosial bangsa menjadi perkuatan pondasi religius.
Fanatisme manusia politik nusantara
lebih fanatik ketimbang umat beragama. Disebabkan peran dan posisi sentral
oknum ketua umum – terlebih dengan hak prerogatifnya – bisa melebihi nabi.
Nasib mati hidupnya “sang penganut”, sudah dikontrak hidup-hidup. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar