buaya di pelupuk mata, disangka cicak di dinding
Unsur
verbal mantra politik nusantara beririsan dengan ujaran kebencian. Padahal
mantra politik, ngelmu dan
lelakon menjadi sistem paket utuh. Tradisi bahasa tutur diformulasikan menjadi
jargon partai.
Sistem loyalis tuli vs
fanatik buta. Semakin tidak karuan, siapa memerankan lakon apa.
Namun
begitu ampuhnya mantra ‘kebijakan
partai’. Sehingga seklas petugas partai, kalau tidak loyal, taat, patuh dianggap mengalami kelainan fungsi
syaraf atau sakit jiwa.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar