waniné waé karo wong cilik
Judul terpatahkan oleh pepatah kecil-kecil cabai rawit.
Pasal lain menjelaskan, karena hanya satu kata omongan
atau makian, menunjukkan karakter diri. Bahkan mampu mencoreng reputasi nama baik diri.
Manusia hebat subversi nusantara, mampu mendeteksi kelebihan orang lain.
Jurnalis mancanegara, awak media massa arus utama multipihak meliput fakta.
Memedi sawah pengusir burung, bertindak
lebih daripada itu. Menjadi pasukan anti
hama. Pasang badan, pagar betis, pagar hidup
melindungi kepentingan penguasa. Sigap libas hidup-hidup di
tempat pihak anti kemapanan.
Waktul liputan zaman Orde Baru, tayang sekarang.
Rasa nasionalisme generasi dengan cita rasa ala kadarnya, bukan diukur dari
keloyalan menggunakan produk dalam negeri, mengkonsumsi pangan hasil panen di
negeri sendiri, atau mengandalkan sekolah di dalam negeri saja. Tentu bukan.
Atau menjadi budak di negeri sendiri. Atau menghamba pada sistem atau orang secara
politis agar merasakan nikmat dunia. Juga bukan kawan.
Sejarah penamaan, pengunaan nama ‘wong cilik’ menjadi suka-suka. Tidak ada
aturan baku. Bukan saja terkait format sosial. Masuk modal sosial para manusia
politik. Dipolitisir untuk jualan nama baik sebuah bentukan partai politik.
[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar