beras impor, mahal di lauk
Mirip
sepeti judul menu politik babak akhir, nasi lokal cukup setengah porsi, lauk
global. Di tangan yang sama. Date modified 7/27/2019 2:44 PM di personal laptop. Lazim, kaprah, lumrah, wajar, jamak. Pemerintah hanya
menguasai jam kerja waktu matahari. Malam hari terserah kekuatan pasar lokal, regional, nasional. Terbatas di wilayah
jabodetabek. Model tanah Papua menjadi daerah tak bertu(h)an. Pulau Kalimantan bangga hati akan menjadi lokasi
ibukota NKRI. Berkemajuan di segala bidang dan aspek kehidupan.
Efek samping status pasang surut negeri agraris. Beras menjadi komoditas strategis karena
mendukung tripel ketahanan: pangan, ekonomi, dan politik. Timbal balik dengan
sinergi kebijakan pelaku ekonomi-sosial-politik nusantara.
Gebrakan gaya liberalisasi (start 2018). Memaksa produsen
padi dan beras nusantara praktek asas banding-sanding-tanding dengan sesama negeri beras: Vietnam, Thailand, China, Kamboja, dan
Laos. Posisi dan nilai tawar diplomasi dagang, pasar nusantara kebanjiran beras
impor.
Padahal
oleh tangan yang sama tadi diriwayatkan sejahtera
rakyatIKN nusantara, nasi menjadi lauk-pauk. Date
modified 1/2/2023 1:44 PM di personal laptop. Waspada diri saat menarasikan bahasa tulis, bukan bahasa
cap. Pakai ilmu penerawangan. Padahal pakai hafalan sekarang, ingatan terkini –
negara sejahtera – untuk memprakirakan status doyan nasi anak bangsa pribumi.
NKRI emas 2045, terbayang sejak dini.
Di negeri asalnya,
memang tidak untuk konsumsi rakyatnya. Jenis padi yang cepat panen. Tenaga kerja
model rodi, romusha. Memanfaatkan warga binaan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar