yang diajak, yang terakhir ketemu
Kejadian perkara terjadi tidak sekaligus terjadi. Juga bukan
diangsur, dicicil. Sampai sekarang masih
berproses secara senyap. Bagian klasik dari kehiduapan bernusantara. Pewarta pihak
manapun belum mampu merangkaikan secara utuh.
Potongan utama sepertinya sudah diketemukan. Setiap kasus kejadian meninggalkan
potongan utama yang seolah
berdiri sendiri.
Pengalaman hidup merdeka bukan jaminan bahwa setiap
kejadian berbasis sebab-akibat. Mata rantai sejarah peradaban bernusantara mengalami
“kesalahan teknis”.
Kembali ke sejarah lokal. Kejadian perkara
kasus menimpa seseorang belum tuntas periwayatannya. Langsung ganti
sasaran. Antar sasaran ada kemiripan. Malah mirip fayar lebar produk asing.
Tepat sasaran. Antar pelaku utama punya kemiripan. Umur sama-sama
di atas usia NKRI. Paling muda pernah
tahu mata kepala sendiri apa siapa itu balatentara Dai Nippon.
Kemiripan utama, mereka sama-sama sudah waktunya buang “ilmu
hidup”. Bagaimana doeloe mendapatkannya, begitulah sekarang metode mengembalikannya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar