pendidikan
karakter dan studi banding ke kampung akhirat
Tanpa niat, minat, itikad menggurui sekaligus tidak mau
jadi murid yang serba taat asas, maka dengan segala ikhtiar nyata saya coba
menerawang apa itu pendidikan karakter. Apa ada hubungan industrial Pancasila
dengan pendidikan jasmani, atau bagian integral dari revolusi mental versi mencang-mencong. Atau apakah pendidikan
karakter bisa formulasikan, disusun silabus nasional sehingga bahkan dijabarkan
sampai njlimet bikin mumet, berakhir
didapatkannya standar nilai-nllai untuk kelulusan atau keberhasilannya.
Jangan sampai tulisan ini merantau tanpa tahu ujung
rimbanya, saya mampir ke wacana full day
school (FDS). Mendikbud mendapat dukungan moral untuk melaksanakan FDS. Atas
petunjuk bapak presiden berupa kondisi ideal pendidikan di Indonesia adalah 80%
pendidikan karakter dan 20% pengetahuan umum
pada jenajang SD serta 60% pendidikan karakter dan 40% pengetahuan umum
pada jenjang SMP. Jam pelajaran ditempuh mulai pukul 07:00 s.d pukul 17:00.
Agar lebih masuk akal politik, sesuai bahasa politik,
kita simak RPJMN 2015-2019, khususnya pada ujaran kalimat : Penguatan Pendidikan Agama, Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Karakter
untuk Mendukung Revolusi Mental. Narasinya :
Upaya membangun sebuah bangsa yang maju dan modern sejatinya
adalah pekerjaan pendidikan. Pendidikan semestinya tidak dimaknai sebagai
sarana untuk melakukan transfer pengetahuan dan keterampilan belaka, melainkan
sebagai suatu proses pembelajaran sepanjang hayat untuk membentuk karakter yang
baik, mengembangkan potensi dan talenta individual, memperkuat daya intelektual
dan pikiran, dan menanamkan jiwa mandiri serta semangat berdikari.
Pendidikan dijadikan sebagai sarana pembebasan (instrument of liberation) untuk membangun kebudayaan dan peradaban
unggul, maju, dan modern. Konsep pendidikan ideal ini sejatinya merupakan
hakikat revolusi mental, yang bertumpu pada pembangunan manusia yang berkarakter
kuat, berpikiran maju dan berpandangan modern, serta berperilaku baik sebagai
perwujudan warga negara yang baik (good citizen).
Revolusi mental dapat dijalankan melalui pendidikan,
selain melalui kebudayaan, yang kemudian diturunkan ke system persekolahan yang
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Pemupukan jiwa revolusi mental di
kalangan peserta didik dapat ditempuh melalui pendidikan karakter yang
terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang relevan, pendidikan agama, dan
pendidikan kewargaan.
Pendidikan agama dan pendidikan kewargaan memberi
kontribusi penting pada proses pembentukan karakter anak didik. Namun penting dicatat,
pendidikan karakter akan lebih efektif dilaksanakan melalui keteladanan, yang
menuntut guru menjadi role model bagi murid. Pendidikan karakter tidak akan
merasuk ke dalam jiwa anak didik bilamana diajarkan hanya melalui instructional learning approach semata.
Katanya, revolusi mental dapat dilaksanakan melalui dua jalan: pendidikan dan kebudayaan.
Pada wilayah pendidikan, medium yang dipandang tepat adalah melalui pendidikan
agama, pendidikan kewargaan, dan pendidikan karakter, yang bertujuan untuk
membina akhlak mulia dan budi pekerti luhur, memupuk jadi diri, kepribadian, dan
identitas kebangsaan, melalui proses pembelajaran di sekolah. Namun, isu yang sama
juga bersinggungan dengan bidang kebudayaan yang jauh lebih luas, sehingga dibahas
pula pada bidang kebudayaan
Hebatnya lagi, RPJMN 2015-2019
menyuratkan : Pendidikan Kerangka Regulasi a.l. Penerbitan Surat Perintah Presiden untuk
penyusunan kurikulum dan metode pendidikan karakter pada jenjang pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah.
Dalam rangka
melakukan revolusi karakter bangsa, tantangan yang dihadapi adalah menjadikan
proses pendidikan sebagai sarana pembentukan watak dan kepribadian siswa yang
matang dengan internal-isasi dan pengintegrasian pendidikan karakter dalam
kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian dalam pendidikan
Pemupukan
jiwa revolusi mental di kalangan peserta didik dapat ditempuh melalui
pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang relevan,
pendidikan agama, dan pendidikan kewargaan. Beberapa mata pelajaran yang relevan
antara lain: (i) Sejarah yang mengajarkan kisah-kisah kepahlawanan,
patriotisme, nasionalisme,dan pengabdian; (ii) Geografi diperlukan untuk menumbuhkan
kesadaran teritorial, orientasi lokasi, kesadaran kewarganegaraan; (iii)
Antropologi/Sosiologi bermanfaat untuk memperkuat pemahaman multikulturalisme,
pluralisme, interaksi sosial, dan pengakuan atas keragaman etnis, budaya,
agama; (iv) Bahasa Indonesia sangat penting untuk meneguhkan identitas
kebangsaan dan jati diri sebagai bangsa Indonesia.Pendidikan agama dan pendidikan kewargaan yang memberi kontribusi penting
pada proses pembentukan karakter anak didikakan lebih efektif dilaksanakan
melalui keteladanan, yang menuntut guru menjadi suri tauladan bagi murid.
Pendidikan karakter tidak akan merasuk ke dalam jiwa anak didik bilamana
diajarkan hanya melalui instructional learning approach semata.
Meningkatnya
kualitas pendidikan karakter untuk membina budi pekerti, membangun watak, dan
menyeimbangkan kepribadian peserta didik.
Penguatan
pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan
untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik
dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata
pelajaran.
Pendidikan
karakter dan pekerti bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal. Bentuk
lain, kebijakan dalam memanfaatkan bonus demografi, diadakan pendidikan
karakter pemuda.
SIMPUL DAN SARAN
Walhasil, di atas kertas
terdapat 3 pilar utama pendukung revolusi mental, yaitu : Penguatan Pendidikan Agama, Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Karakter. Kita tidak
berharap banyak, dengan sisa periode 2014-2019 akankah semua ini akan selesai
tepat waktu, tepat sasaran dan tepat manfaat serta tepat janji. Pendidikan
karakter liwat pola FDS masih belum dalam tahap uji publik.
Menerawang lebih seksama tentang karakter manusia, sudah
ketetapan Allah dan memang bukan “harga mati”. 70% tulisan saya cuma mencuplik
RPJMN 2015-2019.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar