Halaman

Kamis, 11 Agustus 2016

RAKYAT, tidak kenal rasa sesal dan rasa khianat



RAKYAT, tidak kenal rasa sesal dan rasa khianat

Namanya rakyat Bung, pasca pesta demokrasi, khususnya pilpres, tidak akan berhura-hura merayakan kemenangan jagonya. Sekaligus tidak mengutuk keadaan jika jago pilihannya keok. Bahkan, usai balik dari TPS menggunakan hak pilihnya, berlaku seperti biasanya. Kalau berharap, hanya berharap hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Asap dapur keluarga tetap mengepul. Anak-anak masih bisa lanjut mendapat pendidikan. Harga sembako tidak ikut kebijakan pemerintah baru.

Khatib sholat jumat mengingatkan agar tetap menjaga semangat ukuwah, persatuan dan kesatuan bangsa, tanah air dan negara. Berdoa bersama bagi keselamatan bangsa, negara dan rakyat Indonesia, siapapun yang sedang memerintah. Utamakan kepentingan bersama dalam kehidupan sehari-hari, tanpa mempersoalkan asal-usul SARA.

Rakyat yang tanpa pendidikan politik formal, atau mengikuti kaderisasi parpol secara sisitematis, bukannya buta politik. Akal, logika, nalar sederhana mereka bisa tahu mana emas mana loyang. Tanpa ilmu politik, tanpa ikut kursus ahli politik, mereka tetap sadar dan cerdas berpolitik. Andai wakil rakyat, terlebih presiden bukan pilihannya, mereka tetap bekerja dan tetap mendukung pemerintah tanpa berharap imbalan. Mereka tidak peduli berapa nilai tukar Rp terhadap mata uang asing.

Rakyat tidak ambil pusing dengan rumusan revolusi mental. Karena mental rakyat bukanlah mental penjilat, bukan pula mental penghujat. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar