generasi emas vs generasi
was-was
Generasi tua Indonesia, tua karena
mengikuti perjalanan waktu dan kemajuan zaman, ada yang tua-tua keladi, ada
yang tua-tua kelapa. Sisanya, karena jam terbang yang melebihi rata-rata
manusia, maka harga jualnya malah bisa ditukar dengan “motor” generasi baru. Atau
tukar tambah dengan tipe yang lebih muda.
Nasib generasi muda ahli masa depan, sangat ditentukan oleh keikhlasan
generasi tua untuk alih generasi, alih kepemimpinan nasional. Angka Harapan
Hidup menjadikan petua, tetua, ketua, banyak yang betah dengan posisinya.
Masa depan generasi penerus agaknya sudah dibebani hutang politik yang tak
berkesudahan, tak kunjung-kunjung. Daya juang dan kinerja tukang politik bak
jerawat menghiasi wajah akil baliq, remaja. Hanya sebatas identitas kedewasaan tetapi
belum dewasa jiwa raga.
Bayangan masa depan dipenuhi oleh tumpukan berbagai ragam pekerjaan rumah
bangsa. Ambisi politik yang belum kenyang-kenyang hanya akan meninggalkan bom
waktu kehidupan. Imbas politik adalah kerangka, rangka penegak bangsa semakin
dipertanyakan. Kinerja akal, nalar, logika politik tak pernah sinerji dengan
dukungan hati nurani, jiwa, kalbu. Karena antara baik dan buruk secara norma,
tidak ada di kamus politik.
Jangan-jangan kekayaan alam Nusantara hanya tinggal sisanya. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar