dilema operasi darat pembebasan sandera Abu Sayyaf, biaya operasi vs uang tebusan
Analog dengan tim mencari pesawat terbang jatuh.
Bukan masalah harga pesawat, tetapi lebih petimbangan pada aspek keselamatan
dan nyawa manusia. Pesawat jatuh di laut, bisa melibatkan beberapa negara
sebagai tim SAR (search and rescue). Sangat
mungkin, biaya operasi SAR bisa melebihi harga jual pesawat.
Menyoal pembebasan tujuh ABK TB Charles asal Indonesia yang disandera kelompok radikal, kelompok Islam ekstrimis, kelompok militansi, militan teroris asal Filipina - Abu Sayyaf, sejak Rabu 22 Juni 2016, meminta tebusan sebesar 20 juta ringgit atau sekitar 60 miliar rupiah, jika tidak
maka penyandera akan memenggal kepala 7 WNI tsb, banyak pasal yang perlu
dicermati.
Kita tidak
tahu bagaimana hubungan permasalahan Abu Sayyaf dengan pemerintah Filipina. Berbagai
media memberi label berbeda pada Abu Sayyaf. Lebih runyam, seolah WNI menjadi
langganan sandera oleh Abu Sayyaf atau kelompok lain yang ada di Filipina.
Luput dari pengendusan awak media, seberapa besar itikad baik pemerintah
Filipina ikut merasa bertanggung jawab. Jika teroris, tentu akan jadi sasaran
empuk negara adikuasa. Atau malah dipelihara, agar sudah besar nanti, bisa jadi
proyek perang AS. Terkhusus proyek Islamophobia. Beda dengan gerakan teroris di
Indonesia, AS cukup mengandalkan Densus 88 Polri.
Jika pasukan
Indonesia ambil bagian dari operasi darat, atau diberi hak khusus membebaskan
sandera WNI di negeri orang, bisa-bisa bisa terjebak skenario konspirasi internasional.
[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar