PASAL SALING LIBAS, wajib di
kamus politik Nusantara
Tawuran antar anak didik setingkat SMP beda sekolah, antar SMA yang masuk
kategori musuh bebuyutan, atau antara SMA dengan SMK sama maraknya dengan
pergaulan bebas remaja usia sekolah.
Pergaulan bebas bicara antar pekerja, pemain, pelaku politik, atau adu
mulut antar orang politik, semakin meneguhkan betapa peradaban politik bisa
sampai titik terendah, ambang bawah.
Konon, ketika terjadi agama langit saja bisa dimodifikasi dengan gaya bebas,
dijungkirbalikkan substansinya agar atraktif dan provokatif. Nyaris menyerupai
cerita pewayangan versi Mahabharata maupun Ramayana. Betapa dikisahkan betara
Guru, dewanya para dewa, bisa mempunyai anak biologis dengan manusia bumi. Penggemar
wayang sudah tahu siapa saja tokoh dimaksud.
Politik Nusantara berkembang bak aliran kepercayaan varian terkini. Menjadi
agama baru, dengan ajaran atau berkiblat pada tuah sakti sang oknum ketua umum
sebuah partai politik. Sifat loyalis, patuh, tunduk, taat, total menghamba
hanya kepada ketua umum, menjadikan parpol menjadi pabrik orang dengan aneka
ragam karakter.
Ironis nan tragis, segala bentuk karakter tokoh wayang yang ada di
Nusantara, tidak bisa memenuhi kebutuhan karakter yang dipunyai orang politik. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar