Halaman

Sabtu, 27 Agustus 2016

Antara Fakta Dan Fantasi Bahaya Merokok



Antara Fakta Dan Fantasi Bahaya Merokok

Niatan pemerintah melalui Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan memasukkan materi ajar bahaya rokok ke dalam proses belajar di sekolah, yang mungkin masuk dalam pendidikan karakter, semakin meneguhkan betapa janji politik, bumbu pemanis, angin surga sudah merasuki modus operandi peduli masa depan anak.

Di satu sisi pemerintah membiarkan tumbuh suburnya industri rokok, di sisi lain sekaligus menawarkan obat anti racun rokok. Ibarat memperbanyak lembaga pemasyarakatan membina perpidana korupsi, di pihak lain memberi peluang, celah, kesempatan emas, keleluasaan agar praktik korupsi tetap lancar, bahkan menjadi lagu wajib para penyelenggara negara. Dampak negara multipartai apapun bisa terjadi. Bahaya rokok dikurikulumkan, menampakkan posisi lemah pemerintah. Posisi tawar pemerintah dengan seperangkat kebijakannya, hanya untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah esensial berbangsa dan bernegara. Pemerintah mengaduk-aduk opini, emosi dan enerji rakyat dengan berwacana. Pemerintah yang didominasi orang partai politik sedang membuktikan diri bahwa mereka sedang bekerja. Seolah pro-rakyat.

Pemeritah tidak menimbang antara manfaat dan mudharat rokok. Mata rantai antara petani rokok sampai perokok, menjadikan pemerintah menghadapi masalah dilematis. Posisi pemerintah yang selalu kalah menghadapi pelaku ekonomi berbaju pengusaha rokok, menjadikan “penerima manfaat rokok’ menjadi korban terselubung. Daya rusak rokok dimulai dari batang per batang. Harga jual eceran per batang terjangkau oleh masyarakat miskin sekalipun, apalagi anak. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar