Halaman

Minggu, 28 Agustus 2016

Efek Domino Perokok Pemula Terhadap Bonus Demografi



Efek Domino Perokok Pemula Terhadap Bonus Demografi


Indonesia sudah mulai mengenal dan akrab dengan bonus demografi sejak 2012. Bonus demografi terjadi ketika jumlah penduduk berusia produktif 15-64 tahun lebih banyak ketimbang usia tak produktif (di bawah 15 dan lebih dari 64). Kesan pertama yaitu penduduk berusia <15 tahun dan >64 tahun masuk kategori tak produktif. Tentunya ada perbedaan nyata makna  tak produktif antar batasan usia tersebut.

Produktivitas manusia usia >64 tahun yang telah meniti rentang waktu dan perjalanan hidup disertai makan asam garam kehidupan, tentu beda dengan produktivitas manusia <15 tahun. Beda pada kinerja otot, tulang dan tenaga. Semangat, daya juang, keuletan tidak luntur di makan waktu. Minimal pernah muda. Sedikit banyak sudah meliwati berbagai tahap sensor, sortir, seleksi, saringan kehidupan yang terkadang tidak ramah, tidak kenal kompromi bahkan tidak pakai rasa belas kasihan.

Manusia usia <15 tahun jangan diartikan tidak produktif, tidak mampu berbuat, tidak mampu berkarya. Usia pada tahap proses tumbuh kembang dari berbagai aspek, menjadikan mereka perlu pendidikan, pengajaran, pelatihan yang terkait agama dan ilmu. Kelompok ini selain masih labil, juga masih rawan, rentan, riskan dari intervensi eksternal. Mudah terkontaminasi liwat panca indranya.

Bangsa Indonesia yang merupakan akumulasi penduduk semua usia, jika pondasinya pada penduduk usia <15 tahun, betapa penting dan menentukan peran mereka terhadap masa depan bangsa dan negara. Cara sederhana menghancurkan bangsa dan negara Indonesia, dimulai dengan melemahkan generasi muda atau penduduk usia <15 tahun.

Cara melemahkan yang selama ini berlangsung antara lain terjadi pembiaran munculnya perokok anak. Ironisnya, usia perokok pemula semakin muda. Inilah yang diharapkan dan diincar oleh pihak penjajah NKRI secara tak langsung, agar anak usia sekolah dasar sudah menjadi perokok. Bahkan rokok sudah dikenalkan sejak dini. Indonesia memang bebas dari penjajahan bangsa asing, tetapi belum merdeka dari penjajahan bangsa sendiri. Bangsa sendiri yang jumlahnya tak seberapa, cuma beberapa gelintir, namun mampu berkubang resmi di industri rokok yang nyatanya menjadi musuh bersama. Walhasil, pemerintah tidak mampu memberantas tikus di sarangnya. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar