Halaman

Selasa, 09 Agustus 2016

peluang emas, angkat besi vs angkat kaki



peluang emas, angkat besi vs angkat kaki

Prestasi olah raga Indonesia di Olimpiade 2016, Rio de Janeiro, Brasil, berkumandang  berkat cabang olah raga angkat besi. Medali pertama diperoleh oleh lifter perempuan. Banyak hal yang tersurat maupun tersirat dari fakta tersebut. Nada optimis maupun suara sumbang tergantung yang empunya penalaran.

Ada beberapa pertanda bukti yang cukup menggelitik untuk disimak :

Pertama, Indonesia di cabang olah raga yang membutuhkan kekuatan otot, tenaga  esktra, ketahanan fisik, malah bisa bicara. Bukti, di raga yang sehat terdapat kaya jiwa. Capaian julukan tukang angkat besi, butuh asupan kalori, gizi di atas rata-rata nasional. Tak bisa disandingkan dengan olimpiade sains, walau utusan dan perwakilan dari Indonesia acap menyabet serta menyandang gelar juara.

Kedua, prestasi lifter perempuan ini sekaligus menisbahkan, membandingkan dengan prestasi kaum hawa di panggung politik. Bedanya, kemampuan sebagai atlit bukan karena faktor hibah warisan. Semangat olah raga memang bisa diawali dari  nenek moyangnya, faktor lingkungan yang ramah olah gerak fisik. Prestasi bisa didongkrak dengan latihan, pola gizi, pembinaan revolusi mental sebagai juara.

Ketiga, jangan diterjemahkan olah raga tim, Indonesia masih sedang sibuk rapat koordinasi dan stabilisasi nasional. Rasa persatuan dan kesatuan tim nasional, terkontaminasi praktik koalisi partai politik pro-pemerintah. Semangat tanding adalah bagaimana membungkam ruang gerak lawan politiknya. Kesempatan untuk menarik nafas lega pun jangan dibiarkan. Ironis, kawanan parpolis malah hanya juara angkat bicara. Memanfaatkan media masa berbayar.

Angkat tangan, angkat kaki, angkat koper sebelum sampai akhir perjuangan. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar