efek domino revolusi mental, mental penjilat vs mental penghujat
Jika kita membuka
internet, terdapat beberapa media dalam jaringan atau sebutan lainnya. Secara substansi
yang ditayangkan, sepertinya bukan untuk konsumsi umum walau bukan rahasia
negara. Sang penayang, orang tentunya, dalam menggunakan bumbu penyedap malah
menjadikan berita tayangan tak sedap dipandang. Agaknya mereka sadar diri
menggunakan kalimat yang bertolak belakang atau kebalikan 180 derajat dari ujar
kebencian, pencemaran nama baik.
Tanpa basa-basi mereka
menyanjung presiden periode sedang berjalan, atas keberasilannya. Agar atraktif,
tanpa sungkan dibandingkan dengan dua periode pemerintah sebelumnya. Bayangkan,
prestasi setahun mampu mengungguli kinerja pemerintah dua periode sebelumnya. Serta
sederet fakta berita yang disajikan apa adanya, menurut si penayang.
Sebagai bangsa timur,
berbudi pekerti, berbasis norma susila, serta rasa peradaban yang luhur, yang
namanya kawan justru tidak serta merta memuji atau memuja kita. Apalagi di
depan umum, atau diekspose di media. Kawan dalam suka dan duka. Memberi masukan
saat ngobrol empat mata. Saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan supaya menetapi kesabaran.
Agaknya menurut kamus
politik, bahasa politik, antara mental penjilat dengan mental penghujat dalam
kuadran yang sama. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar