lebih baik berkeringat saat tuntut ilmu
Rencana penerapan sistem belajar full day school atau FDS dari Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, wajar jika ditanggapi pro dan kontra oleh berbagai pihak. Bukan sekedar
jam pelajaran masuk pukul 07:00 pulang pukul 17:00 maupun ramuan perbandingan
jitu antara pendidikan karakter dengan pengetahuan umum, tetapi wajib kita
renungi dan kita simak dampak, efek, imbasnya.
Anak kita saat jadi anak didik tingkat SD maupun
SMP, bukan sekedar sebagai generasi masa depan. Pengajaran, pendidikan, pelatihan
anak bukan sekedar memenuhi kebutuhan dasar, tetapi lebih fokus ke penyiapan
masa depan anak. Kalau ditarik mundur, pendidikan anak dimulai dari memilih calon ibu yang baik untuk puteranya, memberi
nama anak dengan nama yang bermakna. Diimbangi peran ibu sebagai guru pertama
dan utama dengan menjadikan rumah tinggal sebagai madrasah, sekolah awal, sebagai
pondasi keilmuan sejak dini.
Periode perjuangan hidup dan perjalanan waktu kita
sebagai orang tua, sangat berbeda dengan
masa kehidupan putra-putri kita nantinya, kelak dikemudian hari. Sehingga dalam
konteks mengajar, mendidik, melatih anak tentunya mengikuti kondisi dan
perubahan dinamika kehidupan. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah saw, yang
artinya : “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya,
karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka
diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.”
Menyiapkan ilmu anak dengan gaya orang tuanya atau
sesuai zaman sekarang, pada hakikatnya adalah menyiapkan anak agar bisa eksis,
bermanfaat, bermartabat di zamannya nanti. Kita menyiapkan masa depan anak,
dengan harga sekarang. Lebih mulia anak berkeringat, mandi keringat, memeras
otak saat menuntut ilmu, menimba ilmu daripada nanti berkeringat, modal
dengkul, peras tenaga karena tidak punya ilmu. Warisan terbaik orang tua ke
anaknya adalah nama baik dan ilmu. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar