wakil rakyat daerah menggonggong, kepala daerah tetap berlalu
Nusantara tidak mengenal sebutan oposisi. Kalah pamor dengan modus parpol
pecundang, pokoké menang, golék kursi. Bukti ringan memberatkan bahwa manusia
politik penyuka segala. Opo-opo kerso.
Koalisi pilpres tidak laku di pilkada. Terlebih di
kabupaten/kota. Elit lokal, pengusaha daerah, tokoh masyarakat, dinasti politik,
pemerintah bayangan, penguasa lokal, raja-raja kecil. Jika kepala daerah terjebak tipikor, indikasi trias
politika hanya simbol formal. Tidak berlaku asas check and balance. Persaingan
balik modal menstimulus saling jagal, saling jegal. Serba multi aneka tega.
Wewenang menyelenggarakan macam uji kelayakan dan kepatutan, multiefek, multimanfaat. Tidak perlu diajak meresmikan proyek fisik. Hak merestui kebijakan pemerintah daerah, menetapkan siapa jadi apa, siapa korban pangkas birokrasi sipil. Serta sumber resmi biaya politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar