janggal sesuai daya adab manusia berakal, tidak layak sangkal
Lika-liku kehidupan bermayarakat, berbangsa, bernegara semakin kian berliku.
Ranjau paku ikut andil. Plus meliuk-liuk bak pria tulang lunak. Mulut
berlumut besar lebar berpenjahitan. Saling libas, saling lindas, saling tebas.
Selanjutnya kita simak cuplikan Pidato Kenegaraan presiden
RI, Soeharto. Di depan sidang DPR 16 Agustus 1993:
Kita percaya akan berhasil memasuki tahap tinggal landas karena kita telah
menyiapkan diri di bidang ideologi, politik, sosial, ekonomi dan pertahanan
keamanan.
Dengan P4, dengan penegasan kita bahwa Pancasila
adalah satu-satunya asas dan dengan melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila, maka makin meresaplah
Pancasila itu dalam kalbu bangsa kita.
Sebagai negara yang sedang membangun, maka tradisi
politik dan kehidupan kenegaraan kita sedang tumbuh. Negara kita memerlukan
ideologi yang mantap dan sekaligus juga dinamis. Tanpa ini kita akan terjebak
dalam kemacetan.
Kita bersyukur karena kita memahami Pancasila sebagai ideologi terbuka. Nilai-nilai dasarnya yang ditetapkan oleh para pendiri Republik ini adalah tetap, tetapi penjabarannya kita kembangkan secara berkala sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat dan bangsa kita. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar