Halaman

Minggu, 17 Juli 2022

téga karo rakyat luwih tegel marang negara

téga karo rakyat luwih tegel marang negara 

“Kasihan . . . “, ujar penguasa nusantara dengar-dengar nasib negara Sri Lanka efek resési ekonomi. Lanjut masih dengan niatan bangun ikn nusantara. Sukses pesta demokrasi 2024. Betapa makna RI-1 kaping wolu.

Kalkulasi politik di atas kertas vs di bawah meja. Jurus serba saling melupakan esensi berpancasila. Demi urusan perut, rakyat elit (ekonomi sulit) mau tak mau masuk pasar jual jasa bawah perut. Sampai klas prostitusi online atau dalam jaringan. Jual diri dengan mengkorbankan harga diri, martabat kemanusiaan.

Tiap parpol punya skala prioritas ambisius dan skenario ambisius. Dilema adab bernusantara, tekanan ekonomi vs ambisi politik. Manusia kurang beruntung karena daya belanja individu dan atau keluarga untuk pemenuhan kebutuhan primer (pangan, sandang, papan), dilakukan sehari untuk hari ini. Dikaitkan dengan patokan masih punya cadangan pangan untuk 3 (tiga) hari, lihat sikon.

Pihak lain. Demi nikmat pantat, meraih harga lelang kursi kekuasaan. Pakai pasal jual bangsa. Minimal, menunjukkan kepada bangsa lain betapa moral politik nusantara dengan olok-olok politik atau literasi anarkis. Peolok-olok politik merasa lebih mulia tinimbang kedua orang tuanya. Saking mulianya, tangan kanan merasa gengsi untuk berkongsi dengan tangan kiri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar