téga karo rakyat luwih tegel marang negara
“Kasihan . . . “, ujar penguasa nusantara dengar-dengar nasib negara Sri
Lanka efek resési ekonomi. Lanjut masih
dengan niatan bangun ikn nusantara. Sukses pesta demokrasi 2024. Betapa makna
RI-1 kaping wolu.
Kalkulasi politik di atas kertas vs di bawah meja. Jurus serba saling melupakan
esensi berpancasila. Demi urusan perut, rakyat elit (ekonomi sulit) mau tak mau
masuk pasar jual jasa bawah perut. Sampai klas
prostitusi online atau dalam jaringan. Jual diri dengan mengkorbankan harga
diri, martabat kemanusiaan.
Tiap parpol punya skala prioritas ambisius dan skenario
ambisius. Dilema adab bernusantara, tekanan ekonomi vs ambisi politik. Manusia kurang beruntung karena daya belanja
individu dan atau keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan primer (pangan, sandang, papan), dilakukan sehari untuk hari ini.
Dikaitkan dengan patokan masih punya cadangan pangan untuk 3 (tiga)
hari, lihat sikon.
Pihak lain. Demi nikmat pantat, meraih harga lelang kursi kekuasaan. Pakai pasal jual bangsa. Minimal, menunjukkan kepada bangsa lain betapa moral politik nusantara dengan olok-olok politik atau literasi anarkis. Peolok-olok politik merasa lebih mulia tinimbang kedua orang tuanya. Saking mulianya, tangan kanan merasa gengsi untuk berkongsi dengan tangan kiri. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar