laku miring agawé jeneng miring, gara-gara bumi mubeng miring
Tanyakan fakta kepada tukang biang onar. Malah
dikira menantang. Dituduh sebar tebar fitnah tanpa tatap muka. Rahasia umum tidak perlu diklarifikasi, cari perkara. Mending
cari sampah betulan. Menunggu yang benar tetap benar, perlu perjuangan
bangsa. Kendati hingga sampai terwujunya ikn nusantara.
Benar dalam tataran, takaran matematis tentu beda
dengan benar sesuai skala politis. Tirani minorias selalu “memenangkan
kebenaran”. Pihak yang dirugikan, walau satu kaum, malah bisa balik jadi terdakwa jika berperkara.
Budaya malu, urat malu atau semua pasal hukum yang menggunakan lema ‘malu’.
Dikanibalkan, kompromi, oplosan dengan
pasal kebahasaan. Berbahasa lisan maupun tulis, sebagai identitas jiwa, mental,
moral, nyali dan adab diri.
Kembali ke judul. Tindakan memalaskan diri, karena yakin jika mampu membaca
realita. Ibarat jalan mundur. Akibat nalar politik yang melihat asas berbagi
begitu dominan. Ketidakmampuan diri kian mengkerucut. Mau beroposisi terhadap
diri sendiri, tahu hanya sebuah langkah kesia-siaan.
Mau berkeringat tanpa meninggalkan aroma tidak sedap. Masuk tataran dan tatanan religi ketauhidan. Disebutkan tersurat bahwa barangsiapa menutupi aib saudara sendiri, maupun orang lain. Cukup untuk diketahui diri sendiri. Maka “Yang menguasai Hari Pembalasan” akan menutup aib kita di akhirat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar