Halaman

Selasa, 26 Juli 2022

fitnah tanpa tatap muka, sembuyi pantat

fitnah tanpa tatap muka, sembuyi pantat 

Pemirsa yang budi bahasaku. Tak jauh-jauh dari anggota tubuh yang dimaksud. Skala kerusakkan tergatung laporan, kesepakatan maupun pesanan lokal. Acuan utama adalah fitnah segala fitnah, hak patèn penguasa.

Éfék domino propaganda, promosi, provokasi penguasa, terlebih untuk mempertahanan dan atau melanjutkan kekuasaannya, terasa sampai tepi pinggiran luar nusantara. Bersyukur, masih banyak rakyat yang kadar keimanannya tak goyah oleh aneka ujaran kebodohan, unjuk pandir diri, ujaran nista diri, pamér bégo pihak loyalis penguasa.

Literasi anarkis menjawab semua silang kata. Mau dibilang “olok-olok politik lebih kejam ketimbang fitnah”, malah ybs bangga tersanjung bulat-bulat. Ironis binti miris, kian cerdas akademik maka berbanding lurus dengan produktivitas produk kejahatan kemanusiaan.

Era reformasi menjadikan yang berkuasa secara formal, dejure hanya pada manusia politik, kawan partai, liwat pesta demokrasi. Pihak yang secara defacto lebih kuasa adalah kawanan yang uangnya tanpa nomor seri atau manusia ekonomi. Pihak tirani minoritas. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar