fitnah tanpa tatap muka, sembuyi pantat
Pemirsa yang budi bahasaku. Tak jauh-jauh dari
anggota tubuh yang dimaksud. Skala kerusakkan tergatung laporan, kesepakatan
maupun pesanan lokal. Acuan utama adalah fitnah segala fitnah, hak patèn
penguasa.
Éfék domino propaganda, promosi, provokasi
penguasa, terlebih untuk mempertahanan dan atau melanjutkan kekuasaannya,
terasa sampai tepi pinggiran luar nusantara. Bersyukur, masih banyak rakyat
yang kadar keimanannya tak goyah oleh aneka ujaran kebodohan, unjuk pandir
diri, ujaran nista diri, pamér bégo pihak loyalis penguasa.
Literasi anarkis menjawab semua silang kata. Mau
dibilang “olok-olok politik lebih kejam ketimbang fitnah”, malah ybs bangga tersanjung
bulat-bulat. Ironis binti miris, kian cerdas akademik maka berbanding lurus
dengan produktivitas produk kejahatan kemanusiaan.
Era reformasi menjadikan yang berkuasa secara
formal, dejure hanya pada manusia politik, kawan partai, liwat pesta
demokrasi. Pihak yang secara defacto lebih kuasa adalah kawanan yang
uangnya tanpa nomor seri atau manusia ekonomi. Pihak tirani minoritas. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar