manusia baru sadar, paham setelah kejadian terjadi
Demikianlah esensi manusia selaku mahluk sosial berkebangsaan.
Status sosial manusia, mau tak mau, wajib menyelaraskan diri dengan kondisi
yang dinamis. Ikut arus tetapi tidak terbawa arus. Eksistensi diri selaku
manusia unggul, manusia seutuhnya ditengarai pada
Alat kelengkapan akal sehat manusia berupa
penglihatan, pendengaran dan hati, menjadi sarana ajar dan didik. Manusia
selaku makhluk semi-samawi dan semi-duniawi, butuh sifat kehati-hatian. Menjaga
hati menjadi PR harian umat manusia. Prosesi menjadikan diri ini manusia dengan
aneka strata bermodal daya santun.
Setelah ketinggalan kereta api maupun terperosok oleh jebakan yang sama. Modal sumbu pendek, perlu saat persaingan sudah tak kenal mana kawan, siapa lawan. sulit menebak ini sekutu atau bahkan seteru. Atau sebaliknya. Dalil seolah ‘tanpa batas jarak, tanpa tenggang waktu’, otak terlatih berpikir cepat tanpa akal, minus logika, hampa nalar. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar