ayo ndang milih, ojo milih sing édan-édanan
Asas gubah-ubah-rubah
lirik tembang lawas bahasa Jawa “kluwih dinggo njangan . . “.
Antar kejadian bernusantara ada benang
merahnya. Perulangan peristiwa karena masalah membumi. Tidak salah kalau kaum pribumi
“cinta tanah air” di atas segala cinta. Kontra arus filosofi sinopsis “katak
rebus”, bukti cinta dunia.
Tolok ukur sukses dunia membentuk diri kaya pe-rasa-an.
Serba merasa bisa, merasa mampu. Belum bisa saja, bisa ”dibisa-bisakan”. Bukan sebisa-bisanya.
Kemampuan dalam memampukan diri, dikarbit.
Édan pitung keturunan tetep durung keturutan beririsan
dengan wis édan tenan tetep ora keduman.
Apapun kejadian yang seolah secara normatif wajar,
masuk akal, manusiawi akan terjadi klimaks 2024. Tak perlu burung sangka bahwa
semua yang sudah, sedang, senantiasa maupun akan terjadi ada kaitan, ikatan
dengan modus, manuver, gerakan, langkah, rekayasa politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar