tak putus dirudung perundung
Tragedi politik nusantara berlapis. Borong kursi 2 periode dapat 3 periode.
Komposisi dan proporsi apa saja yang
menentukan nilai jual sebuah partai politik. Semua hanya hitung mundur dari
kalkulasi politik, dengan target akhir adalah berhala reformasi 3K
(kuasa, kuat, kaya).
Porsi dibungkus dengan makan di tempat, ada perbedaan pasal. Jika makan di
tempat, satu piring kurang menendang. Lauk masih menantang lawan. akhirnya
acungkan tangan ke petugas sambil ujar: “tambah nasaku . . . ”. Petugas warung
paham yang dimaksud, yaitu tambah nasi, sayur dan kuah. Jadilah periode kedua
perut terisi mata jelalatan.
Kalau sekedar “kalau sudah duduk malas berdiri” bak pariwara jadul, disesuaikan dengan zaman menjadi “lupa kalau sudah berdiri”. Justru pasal “mumpung lagi duduk” yang menentukan sejarah bangsa. Artinya, keenakan duduk dan maunya mau duduk lagi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar