Halaman

Selasa, 19 Juli 2022

éntuk nduduhi nanging aja kakèhan

éntuk nduduhi nanging aja kakèhan 

Jangan-jangan memang bukan sekedar jangan. Peringatan “dilarang keras” diterjemahkan ke bahasa Jawa. Penggunaan bahasa pun harus berhati-hati. Bukan salah ucap. Salah pilah pilih kata atau lema, diksi, bisa mendatangkan lawan, seteru tanpa sengaja. Maksud hati dan niat tulus jelas baik. Tapi ujaran yang nerocos bisa berakibat sebaliknya.

Media sosial  arus  pendek menjadi ajang menistakan diri dengan aneka ujaran tertulis. Literasi anarkis. Bahasa yang dipakai, semakin liar merasa semakin cerdas ideologi. mereka, pihak yang ahli menistakan diri, dengan bangga dan sengaja menjerumuskan diri, merusak diri, memblusukkan diri sebagai pecundang jago kandang. Bukan monopoli yang tak makan bangku sekolah. Didominasi penyandang gelar akademis. Berderet dan lebih panjang daripada nama diri.

Karakter manusia politik dengan daya pikir, olah nalar, asah logika yang dominan menggunakan metoda glass box. Daya responsifnya bersifat spontan. Tanpa pikir panjang atau tanpa proses otak dan hati.

Ironis binti tragis, bahwasanya daya ideologi pelaku politik, sebatas asas menang ora menang, sing penting tetep éntuk-éntukan. Berkat format méntal mukiyo: durung ditakoni wis ngarani. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar