Halaman

Jumat, 31 Januari 2020

simbolisasi negara berkembang, penduduk miskin vs 40% status sosial ekonomi terbawah


simbolisasi negara berkembang, penduduk miskin vs 40% status sosial ekonomi terbawah

Nusantara tidak mengenal istilah miskin, kemiskinan. Ditrapkan pada orang, muncul frasa ‘masyarakat kurang beruntung’. Daya beli dan atau daya belanja orang miskin, khususnya pada rumah tangga miskin. Tercatat secara rutin harian, kepala keluarga membeli rokok hisap. Ketengan maupun bungkus. Dibakar di tempat atau dibawa pulang, ke tempat kerja.

Kriteria Bank Dunia membagi kelompok penduduk menjadi tiga bagian besar, yaitu 40 persen terbawah, 40 persen menengah, dan 20 persen teratas.

Media asing dengan segala hormat, niat, minat, martabat, skenario sigap 24 jam merekam dinamika pluralisme bangsa Nusantara. Badan dunia PBB ikut andil dalam pengentasan kemiskinan. Pihak pemberi utang luar negeri, tanpa diminta ramah menawarkan diri.

Di luar BPS. Kalangan perguruan tinggi, mengenal Rasio Kebutuhan Fisik Minimum (R-KFM). Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dikategorikan apakah penduduk tersebut miskin atau tidak. Apabila nilai R-KFM yang diperoleh sama dengan satu, berarti penduduk tersebut dikategorikan sebagai miskin, karena tingkat pendapatannya setingkat dengan tingkat subsisten (subsistence level). Artinya, pendapatan yang diperoleh orang tersebut hanya cukup untuk mempertahankan hidup.

R-KFM diformulasikan sebagai berikut:
a.  miskin sekali, apabila R-KFM 0,75
b.  miskin apabila, R-KFM 0,76 -1,00
c.  nyaris miskin, apabila R-KFM 1,01 -1,50
d.  nyaris kaya apabila, R-KFM 1,51 - 2,00 (Zulkifli Husin (dalam Supriatna, 1997:83)

Ketika angka bicara, rakyat miskin secara persentase mengalami penurunan. Soal daya beli, daya belanja terhadap kebutuhan primer, kebutuhan dasar khususnya pangan. Bernada senin-kamis. Praktik ekonomi sehari terasa nyata. Tanpa rumus akademis atau kata pakar, ujar ahli urusan perut. Butiran keringat menentukan tetesan rupiah demi rupiah.

Penyakit miskin merupakan bentuk kebalikan dari penyakit politik. Eksistensi grass root (massa di bawah), dikenal dengan sebutan akar rumput. Bukan menjadi akar sosial sebuah partai politik. Pembangunan manusia seutuhnya diutamakan bagi kesejahteraan manusia politik.

Sebagai negara multipartai, apakah masih ada kekayaan bangsa dan negara yang masih bisa diperas. 14 parpol berebut kue yang sama di pemilu 2019. Struktur kemiskinan identik dengan sinergitas negara multipartai. Kantong kemiskinan tak beda jauh dengan karakter dapil. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar