status statis negara berkembang, politisi sipil vs
masyarakat sipil
Kata yang empunya cangkem, ujar yang merasa berakal, ahli, bahwasanya suatu
rejim politik kambuhan layak sebagai rejim yang demokratis ketika kebebasan sipil
dijadikan salah satu pilar tatanegara.
Bersyukur, nusantara punya 4 pilar berbangsa dan bernegara. Jangan tanya
pilar macam apa untuk bermasyarakat. Ingat pilar, ingat konstruksi sipil,
pekerjaan sipil. Masyarakat pribumi Jawa mengemal lema ‘sipil’ maksudnya gampang
(bibir mencibir), kecil (sambil menunjukkan ujung kelingking), sederhana
(telapak tangan dikibaskan, seperti mengusir).
Soal bagaimana praktik demokrasi, lihat pelaku utama. Dinamis, fluktuatif
dan tergantung kekuatan dan atau permintaan pasar plus sentimen. Demi rasa
aman, silahkan simak laporan tahunan Indeks Demokrasi Indonesia.
Anomali kejadian perkara efek domino, efek karambol dari kontrak politik
lima tahunan. Ajang tarung bebas ‘politisi sipil’ ecek-ecek sampai kasta
petugas partai. Fakta terselubung mengungkapkan. Pertama, terasa campur tangan,
dominasi manusia ekonomi. Kedua, mantan alat negara merasa terpanggil masuk
jajaran pejabat publik, pejabat Pemerintah, pejabat pemerintah daerah, pejabat
birokrasi, penyelenggara negara.
Jadi, apa yang kau tunggu . . . [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar