tiga modus jamaah
musiman
Tentu, yang disebut adalah jamaah
masjid. Tidak masuk kategori jamaah tetap atau jamaah lima waktu. Bahkan jamaah
jumat pun, juga tidak. Pokoknya karena panggilan kepentingan yang hanya ybs
yang paham. Namanya gaya, tampilan fisik plus ujaran mulut bisa mempengaruhi.
Hemat energi, langsung tak pakai
tunjuk hidung.
Pertama bukan karena urutan. Ke masjid
agar cepat sampai pakai motor. Agar lebih tampil ahli masjid, pakai sarung,
koko, berpeci. Tak lupa bawa sajadah disampirkan di pundak. Maghrib itu ybs
berangkat awal. Tidak langsung ke masjid. Mampir ke pihak tertentu. “Masih sepi
. . . “, kilahnya kalau langsung ke masjid. Selesai salam sholat dzuhur, ybs
bersegera ambil motor. Tidak langsung
pulang. Duduk di motor nongkrong di depan gerbang. Sambil buka temu bicara
dengan orang liwat. Merasa kian eksis, berjati diri. Ditambah, pulang sempat
bersilaturahmi.
Kedua yang malah paling atraktif. Agar tampak
lelah, kali ini si pelaku naik sepeda. Karena parkir sepeda ketutupan deretan
motor. Peluang ngobrol dengan jamaah yang sama-sama tidak doa bersama. Langkah besarnya,
mampu bilang ke Ketua RW bahwa ybs tak setuju dzikir bareng. Usai salam ke
kanan dan ke kiri, artinya sholat sudah selesai. Pas majelis ilmu bakda subuh
sabtu dan ahad. Ambil posisi di depan sambil menyimak gadget. Agar tampak orang
penting, sibuk. Belum selesai ybs cepat menyelesaikan diri. Angkat penat sambil
berujar pakai bahasanya. Bukti lain, usai isya’ terdengar suara orang rapat. Pas
doa bareng. Ternyata ybs asyik rapat duduk bareng pihak sealiran. Lengkap sudah
belangnya.
Ketiga dengan kemungkinan hanya
contoh ringan. Pakai motor, tapi karena kalah modus dengan yang disebut
pertama. Pakai jalan kaki. subuh, menunggu tetangga liwat. Pilih shaf pertama
di belakang mihrab. Kalau kedahuluan oleh jamaah tetap, seperti tak rela. Punya
strategi picisan. Masuk waktu adzan, petugas belum hadir. Kesempatan tampil. Bahkan
saat azhar, imam tetap sampai cadangan, absen. Dengan gagah ybs maju. Entah mengapa,
akhirnya jika sempat ke masjid, ybs tahu diri. Pilih shaf ke dua. Hebatnya, pasca
subuh ybs tidak ikut antrian jabat tangan. Pilih balik badan.
Sebetulnya, sah-sah saja ketiga
modus. Pada skala tertentu bisa sebagai “nila setitik”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar