Halaman

Sabtu, 18 Januari 2020

tiga modus jamaah musiman


tiga modus jamaah musiman

Tentu, yang disebut adalah jamaah masjid. Tidak masuk kategori jamaah tetap atau jamaah lima waktu. Bahkan jamaah jumat pun, juga tidak. Pokoknya karena panggilan kepentingan yang hanya ybs yang paham. Namanya gaya, tampilan fisik plus ujaran mulut bisa mempengaruhi.

Hemat energi, langsung tak pakai tunjuk hidung.

Pertama bukan karena urutan. Ke masjid agar cepat sampai pakai motor. Agar lebih tampil ahli masjid, pakai sarung, koko, berpeci. Tak lupa bawa sajadah disampirkan di pundak. Maghrib itu ybs berangkat awal. Tidak langsung ke masjid. Mampir ke pihak tertentu. “Masih sepi . . . “, kilahnya kalau langsung ke masjid. Selesai salam sholat dzuhur, ybs bersegera ambil  motor. Tidak langsung pulang. Duduk di motor nongkrong di depan gerbang. Sambil buka temu bicara dengan orang liwat. Merasa kian eksis, berjati diri. Ditambah, pulang sempat bersilaturahmi.

Kedua yang malah paling atraktif. Agar tampak lelah, kali ini si pelaku naik sepeda. Karena parkir sepeda ketutupan deretan motor. Peluang ngobrol dengan jamaah yang sama-sama tidak doa bersama. Langkah besarnya, mampu bilang ke Ketua RW bahwa ybs tak setuju dzikir bareng. Usai salam ke kanan dan ke kiri, artinya sholat sudah selesai. Pas majelis ilmu bakda subuh sabtu dan ahad. Ambil posisi di depan sambil menyimak gadget. Agar tampak orang penting, sibuk. Belum selesai ybs cepat menyelesaikan diri. Angkat penat sambil berujar pakai bahasanya. Bukti lain, usai isya’ terdengar suara orang rapat. Pas doa bareng. Ternyata ybs asyik rapat duduk bareng pihak sealiran. Lengkap sudah belangnya.

Ketiga dengan kemungkinan hanya contoh ringan. Pakai motor, tapi karena kalah modus dengan yang disebut pertama. Pakai jalan kaki. subuh, menunggu tetangga liwat. Pilih shaf pertama di belakang mihrab. Kalau kedahuluan oleh jamaah tetap, seperti tak rela. Punya strategi picisan. Masuk waktu adzan, petugas belum hadir. Kesempatan tampil. Bahkan saat azhar, imam tetap sampai cadangan, absen. Dengan gagah ybs maju. Entah mengapa, akhirnya jika sempat ke masjid, ybs tahu diri. Pilih shaf ke dua. Hebatnya, pasca subuh ybs tidak ikut antrian jabat tangan. Pilih balik badan.

Sebetulnya, sah-sah saja ketiga modus. Pada skala tertentu bisa sebagai “nila setitik”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar