jaga lidah dan ujung
jari, terjagalah jiwa raga
Profil dan atribut saya tidak
menampakkan, menampikan sebagai ahli masjid. Sesekali pakai busana batik, khususnya pas
sholat jumat. Tanpa tutup kepala.
“Mau ke mana pak?”, pertanyaan rutin
yang sering saya temui saat jalan kaki ke masjid, berpapasan dengan orang lain atau meliwati gerombolan manusia. atau
sebaliknya: “Dari mana pak?”.
Jawaban standar, baku, minimalis sesuai
mukut dan atau lidah siapa yang berujar
Alt 1 : “Memenuhi panggilan-Nya”, yang bertanya
malah bengong.
Alt 2 : “Ke rumah suaminya mbak Jid”, yang bertanya
senyum sok suci.
Alt 3 : “Ada pembagian ...”, yang bertanya bingung,
“Pembagian apa pak?”. “Pembagian pahala!”.
Alt 4 : “Mau reuni di rumah .. (sambil menujuk ke
atas)”, yang bertanya hanya mantuk-mantuk.
Alt 5 : “Mencari tiket terusan . . (tanpa melihat
ke penanya)”, terbukti basa-basi yang basi.
Alt 6 : tak perlu djawab, cukup senyum atau tangan
yang menjawab.
Jalan cepat, mata fokus ke bawah
depan. Menjaga mata dari gejala dan telinga waspada.
Ada pengalaman permirsa menambah
khazanah jawaban? [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar