politik nusantara boros ambisi
Orchestra nasional memadupadankan lagu lawas kebutuhan dasar
rakyat yang standar, baku, statis dengan tembang anyar terbarukan kepentingan
partai yang dinamis, fluktuatif dan suka-suka. Memahami karakter kepolitikan
sang petugas partai, tak urung membuat manusia ekonomi melihat peluang emas.
Urusan perut menjadi komoditas. Dirumuskan secara ekonomis profit oriented
dan finasial multinasional sebagai dasar
kebijakan impor pemerintah.
Demi urusan perut, rakyat elit (ekonomi sulit) mau tak
mau masuk pasar jual jasa bawah perut. Sampai klas prostitusi online atau dalam
jaringan. Jual diri dengan mengkorbankan harga diri, martabat kemanusiaan. Padahal,
syahwat politik nusantara secara tak langsung mengurus urusan bawah perut.
Pihak lain. Demi nikmat pantat, meraih harga sebuah kursi
kekuasaan. Pakai pasal jual bangsa. Minimal, menunjukkan kepada bangsa lain
betapa moral politik Nusantara dengan olok-olok politik. Peolok-olok politik
merasa lebih mulia tinimbang kedua orang tuanya. Saking mulianya, tangan kanan
merasa gengsi untuk berkongsi dengan tangan kiri.
Grafik karir manusia politik merupakan kurve normal.
Klimak, titik puncak, kulminasi atas pada posisi wakil rakyat, kepala daerah,
pembantu presiden bahkan presiden atau petugas partai. Setelah itu bisa terjun
bebas tak bertuan.
Sistem estafet kepemimpinan nasional serba tergantung. Mengandalkan
wangsit sampai berharap revolusi. Tenaga dalam ternyata terbukti kurang sakti,
kurang manjur, kurang ampuh, kurang cespleng dibuktikan oleh petugas partai.
Era kompetisi bebas, laga bebas antar manusia politik,
bak buih, busa di ombak bebas aktif. Sampai kedalaman dasar samudera, akar
rumput, tetap senyap adem ayem. Bukan berarti bebas bencana politik buatan
manusia.
Secara periodik terjadi pergantian busa, buih ombak
kehidupan. Mereka yang membutuhkan dukungan rakyat agar tetap eksis. Bukan
sebaliknya. Mengkhianati kepercayaan rakyat, jelas bukan akibat dari hasutan,
bisikan, godaan, bujuk rayu, maupun ATHG, ajakan iblis dengan koalisi,
kroninya.
Sadar diri rakyat dengan posisinya, tetap teguh
menegakkan keutuhan NKRI. Sunyi diri rakyat yang pemaklum, membuat suara langit
yang bicara.
Di jalanan, ada saja tipe anak bangsa pribumi nusantara
yang lingkar perut jauh di atas lingkar dada. Tanda manusia makmur sejahtera. Pemakan,
penikmat kuliner tanpa pandang bahan baku, komposisi dan kandungan gizi.
Ditilik dari busana apalagi atribut partai, memang tidak masuk kategori
masyarakat kurang beruntung. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar