Halaman

Selasa, 21 Januari 2020

dilema nasib pribumi nusantara, di ujung taring naga vs di ujung jari tangan

dilema nasib pribumi nusantara, di ujung taring naga vs di ujung jari tangan

Kalimat kunci pakai peribahasa, kiasan, ibarat. Masih rélevan dengan adab bangsa yang genar olok-olok politik, ujaran nista, penebar penabur fitnah dunia, pengganda berita fasik serta seabrek tindak turun tangan.

Mentalitas pemuda Nusantara, ujung jari vs ujung lidah. Sudah berjodoh agaknya. Industri yang memanjakan mata melaju pesat melampaui peradaban umat manusia. Kejadian di belahan dunia sisi lain, bisa langsung dinikmati. Alat penikmat bisa dikantongi. Duduk santai dalam genggaman tangan tidak hanya nikmat visualisasi komplit dan plus, plus, plus. Literasi digital menjadi menu utama, yang tak perlu otak encer untuk kunyah dan cerna.

Generasi medsos korban ujung jari tangan sendiri. Tak terasa walau nyata, efek domino, efek karambol revolusi mental menjadikan indra peraba manusia dan atau orang pribumi nusantara menjadi semakin multifungsi, multimanfaat, multiguna. Meringankan tugas iblis dan kroninya. Wajar, mereka menyalurkan aspirasinya. Jangan kuatir, masih banyak stok udang di balik batu.

Demi kebebasan ujung jari. Antar kawanan anak bangsa pribumi primitif yang melek teknologi, dibiarkan saling adu licik. Pamer bego. Olok-olok politik menjadi andalan penguasa. Aplikasi media sosial maupun media-mediaan lainnya diumbar oleh pihak berwajib.

Vitalitas generasi ujung jari nusantara, bau kencur vs bau tanah. Menggunakan pendekatan sejarah kritis. Penggunaan teknologi anjuran dalam ujaran bebas di media sosial, melipatkan keuntungan ganda yang lebih tinggi daripada teknologi literasi beradab.

Diberi Taring Minta Tanduk. Semakin banyak partai politik  kebagian kursi, berbanding lurus dengan sebaran ragedi politik. Bangsa Indonesia sudah bisa menduga adanya skenario politik yang membelah persatuan. Target dan sasaran utama adalah dengan modus mengelus-elus satu ormas Islam agar menjadi anak manis, anak mama, penurut dan pemau. Tidak perlu mengadu domba, tapi efek dominonya lebih nyata dahsyatnya. Kalkulasi politik multinasional, bilateral. Masih akan ada Plan A1, A2, dst.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar