Halaman

Rabu, 15 Januari 2020

dogma Islam nusantara vs akumulasi sekte lokal


dogma Islam nusantara vs akumulasi sekte lokal

Memudahkan daya cerna pemirsa, tanpa pandang gender, status edukasi serta pasal lain. Kita asumsikan label ‘Islam nusantara’ hanya sebatas wacana bebas. Ingat lagu ‘nusantara’ Koes Plus. Format resmi pakai gelaran wawasan nusantara.

Membaca nusantara dengan menyimak karya sastra, tertulis atau lisan sambung-menyambung. Masih merasa kurang yakin, perbaiki menu gizi harian. Jangan terpengaruh pariwara obat, suplemen, alat bantu bahkan terapi mistis.

Jangan lupa, anak bangsa pribumi sejauh ini, sedekat itu masih dalam taraf belajar beragama. Tidak bisa dipersalahkan. Seperti negara berkembang. Yang sifatnya rukun, adab atau given, belum masuk betul. Malah sibuk mabuk ngotak-atik yang sifatnya cabang. Kian ada alternatif lain untuk memperkaya khazanah.

Pakai ilmu untuk mempraktikkan agama. Plus jiwa bersih, tenang, sehat.  Terjebak permainan menerapkan asas "stereotype" dan "prejudice" kepada pihak beda pandangan hidup. Tidak menguasai substansi, akhirnya main serang pribadi seseorang. Sewatak dengan peolok-olok politik.

Pasti, rumput tetangga tampak menggiurkan selera lokal. Makanya, sering bercermin. Atau sesekali coba liwat gang senggol. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar